BELAJAR BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN OPT STROBERI DARI PETANI KOREA SELATAN
752 Pembaca

31-01-2020



Stroberi yang merupakan tanaman asli Chili (Amerika Selatan) sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia. Selain dikonsumsi segar, stroberi juga banyak dijadikan makanan olahan seperti sirup, selai, manisan atau bahan tambahan makanan lain. Varietas stroberi introduksi yang berkembang di Indonesia adalah Osogrande di Purbalingga, Selva di Karanganyar, Earlibrite (Holibert) di Garut, Ciwidey Bandung, Rosa Linda, Sweet Charlie, Aerut, dan Camarosa di Bedugul Bali, Dorit, Lokal Berastagi dan California di Berastagi, Chandler di Bondowoso PTPN XII, serta Lokal Batu di Batu (sumber: Balitjestro).

901111-12_31012020_1580480398_nel-1

Karena memerlukan temperatur rendah, stroberi di Indonesia sebaiknya dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Selain itu, stroberi dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun, lama penyinaran cahaya matahari antara 8–10 jam setiap hari, kelembapan udara 80-90%, dengan pH 5,4 – 7,0, dan ditanam pada tanah liat berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik.

901111-12_31012020_1580480403_nel-2

Daerah sentra stroberi di Indonesia antara lain berada di Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Cipanas dan Lembang), Jawa Timur (Batu) dan Bali (Bedugul). Namun, seiring dengan semakin meningkatnya permintaan pasar, usaha stroberi secara komersial telah diusahakan di beberapa daerah lain, seperti Banyuwangi, Magelang, dan Purbalingga (Balitjestro, 2013).
Saat bertugas di Korea Selatan pada November 2012 lalu, salah satu pertanaman yang sempat saya kunjungi adalah stroberi. Dalam hal manajemen budidaya hingga pasca panen, ada beberapa hal menarik yang bisa disharing untuk petani stroberi di Indonesia.
Di Korea Selatan bagian utara, tepatnya di kawasan Goyang, stroberi ditanam dalam screen house/plastic house. Luas pertanaman mencapai 16.528,9 m2 (±104.000 batang stroberi). Pertanaman ini dikelola oleh 6 (enam) petani yang tergabung dalam suatu asosiasi mandiri yang mendapat dukungan dari pemerintah setempat, yaitu Goyang Strawberry Agricultural Association. Total petani yang tergabung dalam asosiasi ini adalah 20 orang.

901111-12_31012020_1580480406_nel-3

Benih yang digunakan dalam pertanaman stroberi tersebut berasal dari sumber benih yang sudah diregistrasi pemerintah. Air yang digunakan juga benar-benar merupakan air bersih. Petani menanam stroberi pada media cocopeat yang dikombinasikan dengan pupuk padat maupun cair.
Mengingat Goyang merupakan daerah subtropis, maka pertanaman stroberi dilengkapi dengan peralatan penunjang yang cukup canggih. Petani Korea dilengkapi beberapa alat pada lokasi tertentu di dalam screen house/plastic house seperti pengatur suhu (kipas),  power supply untuk menyiram tanaman, dan suatu alat pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Dengan demikian, setelah proses penanaman berlangsung, selama pemeliharaan tanaman, petani cukup melakukan kontrol utama dari alat yang ada. Misalnya, pengaturan suhu lewat termometer ruangan, kipas, ataupun sistem buka-tutup ventilasi ruangan; atau penyiraman otomatis yang sudah diatur melalui selang-selang air pada tempat penanaman. Tetapi, proses sanitasi pertanaman tetap dilakukan secara manual.

901111-12_31012020_1580480411_nel-4

Petani stroberi di Goyang menggunakan pupuk alam (berbentuk padat) yang langsung dicampur dengan media cocopeat dan pupuk cair dengan takaran dan jenis sesuai dengan rekomendasi pemerintah setempat. Pemberian pupuk cair melalui selang yang sudah tersedia di masing-masing rak penanaman.
Untuk pengelolaan OPT, petani hanya menggunakan suatu alat untuk pengasapan dengan Belerang. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya hama, terutama tungau dan penyakit stroberi. Pengasapan dilakukan setiap hari selama 1 (satu) jam pada waktu malam hari dan screen house/plastic house dikondisikan tertutup. Selama bertanam stroberi dan melakukan pengasapan tersebut, petani mengaku belum pernah mengalami kendala berarti selama produksi. Stroberi yang dihasilkan cukup mulus dan tidak banyak mengalami masalah OPT. Dengan kata lain, pencegahan OPT stroberi dilakukan sejak awal tanam, dimana metode penanaman dan sanitasi lahan benar-benar dikelola dengan baik. Hal ini secara atidak langsung menekan potensi OPT.

901111-12_31012020_1580480414_nel-5

Kualitas stroberi ditentukan oleh rasa (manis-agak asam-asam), kemulusan kulit dan luka mekanis akibat benturan atau hama-penyakit. Untuk proses pemanenan, petani memetik, melakukan sortasi dan grading serta langsung memasukkan dalam media packing (berupa plastic box dan kardus kertas). Stroberi yang sudah dipacking tidak disimpan di Cold Storage, tetapi langsung dikirim ke lokasi konsumen atau diekspor melalui bandara Incheon (waktu tempuh ke bandara adalah 40 menit). Hal ini menjadi satu poin yang membantu petani karena buah tidak tersimpan dalam waktu lama (baik itu karena faktor jarak tempuh maupun halangan lain) dan lebih efektif dalam manajemen kerja. Pengiriman stroberi dilakukan menggunakan alat angkut berpendingin.

901111-12_31012020_1580480418_nel-6

Di Indonesia, budidaya stroberi lebih banyak diintegrasikan dengan bidang pariwisata atau lebih dikenal dengan wisata agro stroberi. Pada lahan wisata agro, biasanya stroberi dengan sistem 1 tanaman dalam 1 polybag. Secara umum, budidaya stroberi dilakukan oleh petani pada bedengan-bedengan yang dilindungi mulsa plastik dengan tujuan untuk mengontrol suhu tanah, mengurangi serangan OPT ataupun buah busuk.
Berbeda dengan di Korea Selatan, belum banyak petani yang membudidayakan stroberi dalam screen house/plastic house karena biaya yang dibutuhkan cukup besar. Memang, terdapat beberapa kelebihan dari penggunaan screen house/plastic house untuk budidaya stroberi, diantaranya dapat meningkatkan produksi dan kualitas karena sedikitnya serangan hama dan penyakit. Disamping itu, tidak banyak mendapat gangguan dari faktor alam (misalnya hujan) dan efisiensi penggunaan pupuk. Tetapi, di Indonesia, pengembangan budidaya stroberi di lahan terbuka masih cukup aman dengan syarat memperhatikan kondisi kesesuaian agroklimat, sanitasi lahan, dan pengelolaan pertanaman yang terpadu.

901111-12_31012020_1580480421_nel-7

Stroberi produksi Indonesia cukup mampu bersaing di pasar lokal maupun luar negeri. Lagipula, petani dapat menyesuaikan pilihan varietas yang ditanam dengan selera pasar yang dituju. Untuk pasar luar negeri, misalnya Amerika, umumnya lebih menyukai stroberi berukuran besar, sedangkan untuk pasar lokal dapat dibagi berdasarkan kepentingan pengolahan: pembuatan selai, sirop, penghias kue atau makanan segar.
Belajar dari petani stroberi di Korea Selatan, kita diingatkan untuk memperbaiki koordinasi antara petani dengan pemerintah. Pemerintah membuat arahan standar operasional budidaya dan petani mengikuti arahan tersebut dengan baik, walaupun tentu saja dalam praktiknya terdapat evaluasi.

Penulis:
Nelly Saptayanti, SP (Fungsional POPT Ahli Pertama, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian RI)