MENYIMAK KASUS BUSUK BATANG BUAH NAGA DI KEPULAUAN RIAU 2012 |
---|
06-02-2020
Buah naga merupakan buah eksotik dari Amerika yang mulai banyak dikembangkan di negara-negara Asia seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, Taiwan, Philiphina, termasuk Indonesia. Perpaduan rasa buahnya yang manis-asam dengan tekstur yang lembut dan watery (banyak mengandung air) membuat buah ini semakin digemari, terutama untuk dibuat jus buah, sebagai campuran dalam es buah, ataupun sekedar pelepas dahaga. Pasar buah naga masih dikuasai oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kedua negara itupun hanya mampu memenuhi ± 50% permintaan pasar dunia.
Budidaya buah naga terbilang mudah dan tidak memerlukan keahlian tertentu, tetapi tetap membutuhkan ketelatenan dan keseriusan. Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara. Di Indonesia, sentra produksi buah naga diantaranya Riau (Siak, Kota Pekanbaru), Banten (Serang), Jawa Tengah (Karanganyar, Tegal), DI Yogyakarta (Bantul, Sleman) dan Jawa Timur (Lumajang, Malang, Banyuwangi, Ponorogo). Seiring berkembangnya pemasaran dan informasi mengenai pasar buah naga, banyak juga daerah yang turut mengembangkan budidaya buah naga, diantaranya di Kepulauan Riau.
Dalam berusaha tani buah naga, serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu kendala. Umumnya, OPT buah naga yaitu: kutu daun, kutu sisik, kutu dompolan, kumbang Protaetia impavida, semut merah, atau bekicot. Sedangkan yang banyak menjadi masalah bagi pertanaman buah naga yaitu penyakit busuk batang, bercak coklat, atau antraknosa. Selain itu, yang tidak kalah penting dan cukup mempengaruhi pertumbuhan buah naga adalah keberadaan gulma. Untuk itu, penting dilakukan sanitasi lahan secara rutin untuk membersihkan lahan dari gulma sekaligus memantau perkembangan OPT yang ada.
Dilema Busuk Batang Buah Naga di Kepulauan Riau
Bibit buah naga yang dibudidayakan di Kepualaun Riau berasal dari Malaysia, yaitu jenis buah naga berdaging buah merah (Hylocereus polyrhizus) var. Sabila Merah. Kemudian, petani memperbanyak sendiri.
Di Provinsi Kepulauan Riau, serangan OPT buah naga mulai merebak (outbreak) pada awal tahun 2012. Menurut laporan dari petani setempat, banyak tanaman yang mengalami penurunan produksi, terutama akibat terserang penyakit busuk batang dan antraknosa. Luas serangan penyakit di pertanaman buah naga, yaitu sekitar 28,5 ha di Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan dan 30 ha di Kecamatan Galang, Kota Batam. Berdasarkan hasil identifikasi Dr. Suryo Wiyono dari Klinik Tanaman IPB, patogen penyebab penyakit busuk batang buah naga di lokasi tersebut adalah Macrophoma spp.
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang penyakit busuk batang menunjukkan gejala berupa bercak bertitik hitam pada ‘pelepah’ tanaman. Bagian yang berwarna hitam merupakan cendawan patogen kemudian lama kelamaan akan membusuk (biasanya basah) pada buah dan batang. Patogen ini (Macrophoma spp.) termasuk cendawan tular tanah (soil borne).
Gambar 2. Buah naga terlihat membusuk dengan titik kehitaman pada batangnya
Rekomendasi Pengendalian
Penetapan status OPT adalah hal yang sensitif dan penting sebelum melakukan pengendalian. Beberapa patogen sering menunjukkan gejala serangan yang sama. Oleh sebab itu, untuk meyakinkannya kita perlu melakukan identifikasi tanda penyakit (misalnya berupa hifa cendawan, sclerotium, eksudat bakteri) secara teliti.
Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan terhadap penyakit busuk batang di Kepulauan Riau:
Sanitasi bagian tanaman yang terserang. Alat untuk memotong harus dibersihkan dengan cairan Clorox (atau Bayclin 2%) sebelum dan sesudah digunakan. Bagian yang sudah dipotong tersebut harus benar-benar dimusnahkan dengan cara dibakar.
Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik (terutama untuk meningkatkan kadar Ca dan K dalam tanah).
Pemberian mulsa organik, misalnya dengan jerami atau kompos plus Trichoderma, pada pangkal batang.
Isolasi tanaman, agar tidak terjadi penyebaran penyakit. Jika jumlah tanaman sakit di dalam suatu pertanaman lebih banyak daripada tanaman sehat, maka isolasi dilakukan terhadap tanaman yang masih sehat. Sedangkan jika sebaliknya (jumlah tanaman yang sakit lebih sedikit), maka yang diisolasi adalah tanaman sakit.
Bahan dan Alat
Cangkul
Arang sekam, yaitu sekam padi yang dibakar (tetapi tidak sampai menjadi abu)
Cara Pelaksanaan
Pilih tanaman yang akan diisolasi.
Lakukan penggalian lubang alur di sekeliling daerah perakaran sedalam ± 50 cm atau sesuai kondisi perakaran tanaman.
Masukkan arang sekam ke dalam lubang alur.
Meningkatkan kesuburan tanah sekaligus ketahanan tanaman dengan aplikasi Trichoderma sp. dengan cara sebagai berikut:
Dengan bahan dasar berupa biakan murni Trichoderma spp.
Caranya:
Campurkan 1 petri biakan Trichoderma spp. (kerok lapisan atas yang terdapat biakan cendawan) ke dalam 1 liter air (campuran ini menjadi biang cairan semprot)
Ambil 250 ml biang dan masukkan ke dalam 10 liter air. Campuran ini yang akan menjadi cairan semprot.
Direkomendasikan untuk menyemprotkan 500 liter cairan semprot ke 1 ha lahan pertanaman buah naga.
Dengan bahan dasar berupa biakan Trichoderma spp. di media serbuk gergaji
Campurkan 1 kg media Trichoderma spp. dengan 100 kg pupuk kandang. Aplikasikan sesuai rekomendasi.
Aplikasi Bubur California/Bubur Bordo bisa juga dilakukan selama kondisi memungkinkan. Jika tanaman sudah tumbuh besar dan populasi tinggi akan sulit dan tidak efisien. Hal tersebut berkaitan dengan struktur tanaman yang berduri dan licin.
Pengendalian dengan fungisida berbahan aktif mankozeb, zineb, atau probinep (yang berbau Cu/tembaga). Namun, perlu diperhatikan bahwa, sebelum melakukan penyemprotan dengan fungisida, tanaman terserang tetap harus dipangkas terlebih dahulu. Jika tidak, tindakan ini tidak efektif. Fungisida yang digunakan terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian.
Langkah-langkah di atas juga dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh cendawan tular tanah lain, seperti Fusarium sp.
Evaluasi bersama dari Outbreak Busuk Batang Buah Naga di Kepulauan Riau
Kejadian penyakit di Kepulauan Riau sekilas tampak seperti penyakit busuk batang biasa. Bahkan beberapa orang menyimpulkan penyakit tersebut disebabkan oleh Phytophthora spp. Kenyataannya, setelah diidentifikasi oleh pakar, penyakit busuk batang di Kabupaten Bintan dan Kota Batam, Kepulauan Riau disebabkan oleh cendawan Macrophoma sp. Ini menarik, mengingatkan kembali para insan yang bertugas di lingkup perlindungan tanaman untuk hati-hati dan teliti dalam menetapkan status OPT (misalnya mencakup jenis OPT, daerah sebar, kategori serangan).
Keberhasilan gerakan pengendalian OPT buah naga di Provinsi Kepulauan Riau adalah dengan melakukan gerakan secara terkoordinir dan serentak sehingga mengurangi potensi penyebaran penyakit ke tanaman atau daerah lain. Ini pun menjadi hal yang harus digarisbawahi oleh daerah lain yang mungkin mengalami kasus sejenis.
Penulis: Nelly Saptayanti, SP
(Fungsional POPT Ahli Pertama, Direktorat Perlindungan Hortikultura)