SENSOR CUACA DAN TANAH MENUJU AGROINDUSTRI 4.0
360 Pembaca

07-02-2020



Dinamika iklim yang saat ini sulit diprediksi merupakan salah satu tantangan dalam bercocok tanam. Perubahan iklim global ditandai dengan peningkatan kejadian anomali iklim diantaranya fenomena El-Nino yang terjadi saat ini menjadi tantangan bagi Direktorat Perlindungan Hortikultura untuk terus berupaya menjawab tantangan yang ada.

Seiring dengan kemajuan teknologi pertanian dan menyongsong era industri 4.0 Direktorat Perlindungan Hortikultura memberi bantuan alat sensor tanah dan cuaca pada keltan Gede Harapan, Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kab. Cianjur dan keltan Gede Harapan menyampaikan ucapan terimakasih saat bimtek pemanfaatan sensor tersebut. Bimtek dihadiĊ•i petugas (POPT dan PPL) dan petani setempat.

901111-12_07022020_1581081753_sensor-3

Direktorat Perlindingan Hortikultura bekerja sama dengan PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB) @msmbindonesia sebagai penyedia teknologi sensor tanah dan cuaca. Sensor Tanah dan Cuaca dapat mendeteksi suhu, kelembapan tanah, pH (tingkat keasaman) tanah, EC (electrical conductivity) tanah, kelembapan relatif udara, suhu udara, kecepatan dan arah angin, serta curah hujan untuk menentukan perlakuan yang tepat pada lahan.

Adinda Fajarani, Head of Business Development dari PT MSMB menyampaikan bahwa "Sensor tanah dan cuaca ini dapat meng-cover area seluas 20 Ha. Sensor ini akan mengirimkan data-data terkait cuaca setempat sampai dengan 5 hari kedepan, serta data-data terkait keadaan pertanaman petani diantaranya rekomendasi pemupukan, penyiraman dan peluang terjadinya serangan OPT" ujarnya. Berbasis Internet of Things (IoT), petani dapat dengan mudah memonitor kondisi lahan mereka menggunakan smartphone berbasis Android melalui aplikasi bernama RiTx Bertani.

Pada kesempatan terpisah Direktur Perlindungan Hortikultura menyampaikan harapannya dengan alat sensor cuaca dan tanah, penggunaan pupuk lebih efisien sesuai dengan kebutuhan lahan dan kewaspadaan terhadap OPT serta petani lebih mudah memonitoring lahan pertaniannya, tidak cemas untuk bercocok tanam di iklim yang sulit diprediksi seperti saat ini.


by : Wita