ANTRAKNOSA

Penyakit Busuk Buah Antraknosa

901111-12_01022020_1580561308_r6

Colletotrichum capsici (Syd.) Bult. Et. Bisby,
C. gloeosporioides dan Gloeosporium piperatum Ell.et.Ev.

Morfologi dan daur penyakit

C. capsici mempunyai banyak aservulus, tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak seta. Seta berwarna coklat tua, bersekat, halus dan meruncing ke atas. Konidium berwarna hialin, berbentuk tabung (silindris), ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti sabit. Konidium dapat disebabkan oleh angin. Cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi persemaian yang tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan yang menyerang daun dan batang tidak dapat menginfeksi buah. Cendawan dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Pada musim kemarau pada lahan yang berdrainase baik perkembangan penyakit kurang.
Perkembangan penyakit sangat baik pada suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan pada buah muda lebih cepat gugur karena infeksi.
Di Indonesia penyakit tersebut dapat ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Gejala serangan

Gejala serangan awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok seta dan konidium. Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna kulit buah seperti jerami padi. Keadaan cuaca panas dan lembab mempercepat perkembangan penyakit.

Tanaman inang lain

Belum diketahui adanya tanaman inang lain.

Cara pengendalian

Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pergiliran tanaman, perbaikan drainase, penentuan waktu tanam, penggunaan bibit sehat, penanaman varietas tahan.
Pengendalian secara fisik/mekanik, dengan eradikasi selektif dan sanitasi kebun.
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan fungisida yang efektif yang telah diizinkan oleh Menteri Pertanian.