PENGOROK DAUN

Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis)

901111-12_02022020_1580629296_t6

Nama umum :Liriomyza huidobrensis (Blanchard)
Klasifikasi :
- Kingdom : Animalia
- Filum : Arthropoda
- Kelas : Insecta
- Ordo : Diptera
- Famili : Agromyzidae
A = Aedeagal apodeme
B = Aedeagus. Scale bar = 0.1mm.
Sumber gambar CABI

Morfologi/Bioekologi

Lalat L. huidobrensis berukuran panjang 1,7 – 2,3 mm. Sebagian besar tubuhnya berwarna hitam mengkilap, kecuali skutelum dan bagian samping toraks serta bagian tengah kepala berwarna kuning. Telur berwarna putih bening, berukuran 0,28 mm x 0,15 mm. Larva berwarna putih susu atau putih kekuningan, dan yang sudah berusia lanjut berukuran 3,5 mm. Puparium berwarna kuning-keemasan hingga coklat-kekuningan, berukuran 2,5 mm.
Pada tanaman kentang, lama stadium telur berlangsung 2 – 4 hari, stadium larva 6 – 12 hari, dan stadium pupa 9 – 12 hari. Imago betina mampu hidup selama 6 – 14 hari, dan imago jantan 3 – 9 hari. Perkawinan terjadi sehari setelah imago keluar dari pupa, dan pada hari berikutnya imago mulai meletakkan telur. Jumlah telur yang diletakkan oleh betina selama hidupnya berkisar 50 – 300 butir, dengan rerata 160 butir. Siklus hidup lalat L. huidobrensis pada tanaman kentang berkisar 22 – 25 hari.
Lalat betina menusuk permukaan atas atau bawah daun dengan alat peletak telurnya (ovipositor). Lalat betina dan jantan kemudian makan cairan daun yang keluar dari tusukan tadi. Penusukan juga dilakukan oleh lalat betina pada saat menyisipkan telurnya dalam jaringan daun.
Larva yang baru keluar dari telur segera mengorok jaringan mesofil daun, dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya. Korokan ini makin melebar dengan makin besarnya ukuran larva. Volume jaringan daun yang dapat dimakan oleh larva instar-3 sebanyak 600 kali lipat lebih banyak dari pada larva instar-1. Larva instar-3 yang telah berumur lanjut kemudian keluar dari liang korokan untuk berkepompong. Umumnya L. huidobrensis berkepompong dalam tanah. Pada ketimun dan kacang merah puparium sering ditemukan pada permukaan bawah daun, bahkan pada bawang merah sering ditemukan menempel pada permukaan bagian dalam rongga daun bawang.
Hama tersebut berasal dari Amerika latin dan kini telah menyebar di berbagai negara di Eropa, Afrika dan Asia (Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam), Thailand, Srilangka, India, Pakistan, Laos, China dan Banglades).

Gejala serangan

901111-12_02022020_1580629291_t5

Pada daun menunjukkan bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok. Pada keadaan serangan berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan sehingga menjadi kering dan berwarna cokelat seperti terbakar.
Serangan dimulai sejak tanaman muncul dari permukaan tanah dan berlanjut hingga fase reproduksi. Pada ketimun, larva mulai menyerang sejak kotiledon terbentuk. Dampak serangan hama ini terhadap hasil tergantung pada jenis tanaman, saat serangan terjadi dan tingkat kerusakan. Secara umum kerusakan karena korokan larva lebih merugikan dari pada kerusakan karena tusukan ovipositor. Namun pada sayuran daun seperti horenso (sejenis sawi), gejala bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor sudah mampu menurunkan harga jual.

Pengendalian

Sebelum larva terlanjur masuk ke dalam pucuk segera disemprot lalatnya. Batang pucuk yang telah terlanjur diserang, dipotong dan dibakar.

Tanaman inang lain

L. huidobrensis merupakan hama polifag yang menyerang banyak tanaman inang, khususnya tanaman sayuran dari famili Solanaceae, Cruciferae, Cucurbitaceae, Leguminosae, Liliaceae, Umbilliferae, Chenopodiaceae, Amaran-thaceae dan Compositae. Jenis sayuran yang diserang meliputi tomat, seledri, wortel, ketimun, caisin, bit, selada, horenso, kacang merah, kubis, cabai, gambas, kapri, brokoli, lettuce, bawang daun, bayam, bawang merah, buncis, dan terung. Selain tanaman sayuran, hama tersebut juga menyerang tanaman hias antara lain krisan serta berbagai jenis gulma yaitu babadotan, sawi tanah, senggang, bayam liar dan sejenisnya.