LAYU BAKTERI

Layu Bakteri (Bacterial Wilt) :
Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum (E.F.Sm.).

901111-12_02022020_1580640423_a2


Nama umum : Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum
(Smith 1896) Yabuuchi et al. 1996
Klasifikasi : Kingdom : Proteobacteria
Kelas : Neisseriae
Ordo : Burkholderiales
Famili : Burkholderiaceae

Sumber gambar : CABI

Morfologi dan daur penyakit

Bakteri ini mempunyai banyak ras dan dapat diisolasi dengan baik pada medium yang mengandung 2, 3, 5- trifenil-tetra sodium klorida (medium TTK). Infeksi terutama melalui luka pada bagian tanaman. Bakteri terangkut dalam pembuluh kayu dan pada batang yang lunak, masuk ke dalam ruang antara sel dalam kulit dan empulur, menguraikan sel-sel sehingga terjadi rongga-rongga.
Suhu yang relatif tinggi mendukung perkembangan penyakit. Di dataran rendah penyakit timbul lebih berat karena suhu udara relatif tinggi. Bakteri berkembang baik di tanah alkalis yang suhunya agak tinggi di saat banyak hujan. Intensitas penyakit sangat dipengaruhi oleh tanaman terinfeksi pada musim sebelumnya.
Penyakit ini banyak dijumpai di Jawa, Sumatera dan Sulawesi khususnya di Sulawesi Utara.

Gejala serangan

Beberapa daun muda layu dan daun tua sebelah bawah menguning. Apabila bagian tanaman yang terinfeksi (batang, cabang, dan tangkai daun) dibelah akan tampak pembuluh berwarna coklat, demikian juga empulur sering berwarna kecoklatan.
Pada penyakit stadium lanjut apabila batang dipotong, akan keluar lendir bakteri berwarna putih susu. Lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu Fusarium.

Tanaman inang lain

Tembakau (Nicotiana tabacum L.), kentang (Solanum tuberosum L.), kacang tanah (Arachis hypogea L), dan pisang (Musa spp.).

Pengendalian

a). Kultur teknis

Pergiliran tanaman,
Perbaikan aerasi tanah dengan pembuatan guludan dengan tinggi 40 – 50 cm dapat menekan serangan penyakit (agar tidak terjadi genangan air dan kelembaban yang tinggi).
Penurunan pH tanah dengan memberi belerang,
Penggunaan benih sehat.
Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman terserang dan sisa tanaman sakit dengan cara dicabut dan dimusnahkan.

b). Pengendalian hayati

Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp. yang diaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram per kantong, 3 hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan penanaman benih, (Penggunaan agens hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
Pemanfaatan mikroba antagonis Pseudomonas fluorescens.

c). Pengendalian kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan serangan penyakit, dapat digunakan bakterisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian