PENGOROK DAUN

Lalat Pengorok Daun (Liriomyza huidobrensis Blanchard)

901111-12_02022020_1580639688_imgB

(Ordo : Diptera,
Famili : Agromyzidae)

Morfologi /Bioekologi

Imago berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm. Imago lalat betina mampu hidup selama 6 – 14 hari dan imago jantan antara 3 – 9 hari. Pada bagian ujung punggung L. huidobrensis terdapat warna kuning seperti L. sativa, sedangkan pada lalat L. chinensis (yang diketahui menyerang bawang merah) di bagian punggungnya berwarna hitam..
Telur berwarna putih bening berukuran 0,28 mm x 0,15 mm, diletakkan pada jaringan epidermis daun melalui ovipositor. Jumlah telur yang diletakkan serangga betina selama hidupnya berkisar 50 – 300 butir dengan rata-rata 160 butir. Lama stadium telur berlangsung antara 2 – 4 hari.
Larva berbentuk silinder, tidak mempunyai kepala atau kaki, larva yang baru keluar berwarna putih susu atau putih kekuningan, segera mengorok jaringan misofil daun dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya. Fase larva antara 6 – 12 hari dan larva yang sudah berusia lanjut (instar 3) berukuran 3,5 mm.
Pupa berwarna kuning kecoklatan dan terbentuk di dalam tanah. Fase pupa berkisar 9 – 12 hari.

Gejala Serangan

Daun yang terserang memperlihatkan gejala bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok. (Gambar 7.) Serangan berat dapat mengakibatkan hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan, sehingga daun menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar atau mirip gejala busuk daun.
Tanaman Inang
Hama ini selain menyerang tanaman tomat, juga menyerang tanaman kentang, seledri, wortel, ketimun, bit, selada, kacang merah, kacang panjang, cabai, gambas, kapri, brokoli, lettuce, bawang daun, bayam, buncis, terung, semangka, krisan, babadotan, sawi tanah, bayam liar.

Pengendalian

a). Kultur teknis

Budidaya tanaman sehat, upayakan pengairan yang cukup, pemupukan berimbang, pembumbunan dan penyiangan gulma. Tanaman yang tumbuh subur lebih toleran terhadap serangan hama. Pertumbuhan jaringan daun yang cepat dapat menyebabkan telur L. huidobrensis terdorong keluar sehingga tidak berhasil menetas.

b). Pengendalian fisik / mekanis

Pengambilan daun yang menunjukkan gejala korokan dengan dipotong, dikumpulkan lalu ditimbun / dimusnahkan.
Penggunaan mulsa plastik warna perak,
Pemasangan perangkap kartu warna kuning, 80 – 100 buah / ha yang disebar merata di pertanaman.

c). Pengendalian hayati

Pemanfaatan musuh alami seperti : parasitoid Asecodes sp., Chrysocharis sp., Closterocerus sp., Cirrospilua ambigus, Neochrysocharis formosa, Phigalia sp., Quadrastichus sp., Zagrammosoma sp., Hemiptarsenus varicornis Girault., Gronotoma sp., Opius sp. Predator penting adalah Coenosia humilis. (lihat Lampiran 2.). H. varicornis merupakan musuh alami yang paling potensial untuk mengendalikan L. huidobrensis dengan tingkat parasitasi sekitar 0,51 – 92,31 % (Setiawati, dkk., 2000a).

d). Pengendalian kimiawi

Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, digunakan insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian